Anak sastra kerjanya apa nanti? Itu adalah pertanyaan yang tersirat dari
mereka-mereka yang menanyakan “Kenapa pilih jurusan sastra?”. Pada awalnya memang membuat bingung serta
gelisah saya, namun setelah 5 semester saya jalani belajar sastra, saya
menemukan banyak hal dari sastra yang tidak dimiliki oleh jurusan perkuliahan
lainnya, di antaranya :
Sastra tidak memiliki sistem atau rumus hitung yang seperti ada di
matematika atau fisika. Buktikan saja sendiri, karenanya memang tak ada
dalilnya kalau mengkaji sebuah karya sastra menggunakan rumus perhitungan ala
matematika . Sastra memiliki ciri yang berbeda dengan ilmu pengetahuan yang
berbau hitung-hitungan, sastra memiliki nilai estetika baik kata-kata bermakna
indah atau konten puisi yang romantis. Kalau kalian mau menembak calon pacar
ndak usah pakai cokelat atau mawar, kayaknya itu udah too mainstream. Kasih puisi seindah karya Khalil Gibran saja, kalau
dia ga ngerti dengan puisi indah kalian, berarti dia bukan orang yang ngerti
dan pintar, karena dalam memahami dan memaknai sebuah puisi, kalian harus punya
wawasan yang luas serta cerdas.
Dalam karya sastra kita bisa
belajar etika serta aturan-aturan yang tak tertulis, aturan-aturan itu terkadang
perannya sangat vital di beberapa golongan atau kelompok masyarakat tertentu.
Misalnya dalam budaya Jawa, kita harus menggunakan bahasa yang lebih halus jika
kita beribicara dengan lawan bicara yang lebih tua atau dianggap drajatnya
lebih tinggi. Konten tersebut jelas tidak akan ada di mata pelajaran akutansi,
statistika atau kimia. Tidak sedikit yang belum memahami aturan ini, terlebih
bahasa jawa yang halus tidak semudah menggunakan bahasa sehari-hari, kita harus
memperbanyak koleksi kosakatanya.
Sastra mampu merefleksikan
lingkungan, stuktur dan keadaan sosial pada masyarakat beda jaman. Kalau kalian
pernah membaca roman karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bumi Manusia¸ kalian akan mengerti bahwa
tokoh utama adalah seorng pribumi yang menyukai seorang gadis keturunan
Belanda. Pada novel tersebut jika dikaji dalam ilmu sosiologi, terdapat sistem
kelas sosial, di mana pribumi menempati urutan terakhir setelah kaum kulit
putih, saudagar dari Arab dan priyayi. Makanya dalam studi sastra di perguruan
tinggi ada mata kuliah sosiologi sastra,
itu kesimpulannya.
Menulis atau mengarang cerita
akan membuat kalian abadi. Pernyataan tersebut terilhami oleh kutipan Pramoedya
Ananta Toer yang pernah saya baca di masjid kampus saya. Keabadian itu tidak
mengartikan jiwa dan raga yang tak akan
termakan waktu, melainkan karya yang telah dibuat akan dibaca, dikenang bahkan
dipelajari sepanjang masa oleh generasi-generasi selanjutnya.
Buat kalian yang masih dalam zona umur ABG (remaja), coba deh novel-novel remaja
(teenlit), tema dan kisah cinta-cintaan tuh lebih menarik ketimbang kalian
menonton sinetron ber-seri. Kalian akan dipancing untuk berimajinasi tentang
tokoh, akan menerka-nerka bagaimana penggmbaran tokoh yang ada dalam cerita.
Anggaplah membaca novel itu olahraga otak, biar otak kalian itu sehat dan bebas
dari racun kisah cinta yang basi.
Sastra anak, apa yang bisa
ditawarkan oleh sastra anak pada masyarakat? Banyak sekali manfaat untuk
perkembangan si anak. SI Kancil Anak Nakal,
cerita Rakyat Malin Kundang dan kisah Bawang Merah-Bawang Putih adalah
sedikit contoh produk sastra anak, beberapa karya sastra anak memberikan
stimulus dalam perkembangan bahasa si anak dan memperkenalkan tentang
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Contohnya, pada kisah Si Kancil Anak Nakal, ada amanat bahwa
mencuri itu adalah perbuatan tercela dan akan mendapatkan punishment. Juga dengan Cerita Rakyat Malin Kundang bahwa durhaka
terhadap orang tua akan menjadi batu.
Tulisan sederhana ini semoga bermanfaat, sangat saya terima kritik dan sarannya. Terima kasih.
Tulisan sederhana ini semoga bermanfaat, sangat saya terima kritik dan sarannya. Terima kasih.
Keren...
BalasHapussangat membantu untuk referensi tugas akhir tahun kak :')
BalasHapus