Selasa, 21 April 2015

Alasan-alasan Kenapa Kamu Harus Belajar Sastra




Anak sastra kerjanya apa nanti? Itu adalah pertanyaan yang tersirat dari mereka-mereka yang menanyakan “Kenapa pilih jurusan sastra?”.  Pada awalnya memang membuat bingung serta gelisah saya, namun setelah 5 semester saya jalani belajar sastra, saya menemukan banyak hal dari sastra yang tidak dimiliki oleh jurusan perkuliahan lainnya, di antaranya :

Sastra tidak memiliki sistem atau rumus hitung yang seperti ada di matematika atau fisika. Buktikan saja sendiri, karenanya memang tak ada dalilnya kalau mengkaji sebuah karya sastra menggunakan rumus perhitungan ala matematika . Sastra memiliki ciri yang berbeda dengan ilmu pengetahuan yang berbau hitung-hitungan, sastra memiliki nilai estetika baik kata-kata bermakna indah atau konten puisi yang romantis. Kalau kalian mau menembak calon pacar ndak usah pakai cokelat atau mawar, kayaknya itu udah too mainstream. Kasih puisi seindah karya Khalil Gibran saja, kalau dia ga ngerti dengan puisi indah kalian, berarti dia bukan orang yang ngerti dan pintar, karena dalam memahami dan memaknai sebuah puisi, kalian harus punya wawasan yang luas serta cerdas.

                Dalam karya sastra kita bisa belajar etika serta aturan-aturan yang tak tertulis, aturan-aturan itu terkadang perannya sangat vital di beberapa golongan atau kelompok masyarakat tertentu. Misalnya dalam budaya Jawa, kita harus menggunakan bahasa yang lebih halus jika kita beribicara dengan lawan bicara yang lebih tua atau dianggap drajatnya lebih tinggi. Konten tersebut jelas tidak akan ada di mata pelajaran akutansi, statistika atau kimia. Tidak sedikit yang belum memahami aturan ini, terlebih bahasa jawa yang halus tidak semudah menggunakan bahasa sehari-hari, kita harus memperbanyak koleksi kosakatanya.

              Sastra mampu merefleksikan lingkungan, stuktur dan keadaan sosial pada masyarakat beda jaman. Kalau kalian pernah membaca roman karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bumi Manusia¸ kalian akan mengerti bahwa tokoh utama adalah seorng pribumi yang menyukai seorang gadis keturunan Belanda. Pada novel tersebut jika dikaji dalam ilmu sosiologi, terdapat sistem kelas sosial, di mana pribumi menempati urutan terakhir setelah kaum kulit putih, saudagar dari Arab dan priyayi. Makanya dalam studi sastra di perguruan tinggi  ada mata kuliah sosiologi sastra, itu kesimpulannya.

               Menulis atau mengarang cerita akan membuat kalian abadi. Pernyataan tersebut terilhami oleh kutipan Pramoedya Ananta Toer yang pernah saya baca di masjid kampus saya. Keabadian itu tidak mengartikan jiwa dan raga yang  tak akan termakan waktu, melainkan karya yang telah dibuat akan dibaca, dikenang bahkan dipelajari sepanjang masa oleh generasi-generasi selanjutnya.


Buat kalian yang masih dalam zona umur ABG (remaja), coba deh novel-novel remaja (teenlit), tema dan kisah cinta-cintaan tuh lebih menarik ketimbang kalian menonton sinetron ber-seri. Kalian akan dipancing untuk berimajinasi tentang tokoh, akan menerka-nerka bagaimana penggmbaran tokoh yang ada dalam cerita. Anggaplah membaca novel itu olahraga otak, biar otak kalian itu sehat dan bebas dari racun kisah cinta yang basi.

                Sastra anak, apa yang bisa ditawarkan oleh sastra anak pada masyarakat? Banyak sekali manfaat untuk perkembangan si anak. SI Kancil Anak Nakal, cerita Rakyat Malin Kundang dan kisah Bawang Merah-Bawang Putih adalah sedikit contoh produk sastra anak, beberapa karya sastra anak memberikan stimulus dalam perkembangan bahasa si anak dan memperkenalkan tentang norma-norma yang berlaku di masyarakat. Contohnya, pada kisah Si Kancil Anak Nakal, ada amanat bahwa mencuri itu adalah perbuatan tercela dan akan mendapatkan punishment. Juga dengan Cerita Rakyat Malin Kundang  bahwa durhaka terhadap orang tua akan menjadi batu.

Tulisan sederhana ini  semoga bermanfaat, sangat saya terima kritik dan sarannya. Terima kasih.

2 komentar: