Kamis, 30 April 2015

Romansa 5 Tahun Bersama Vega ZR




Alhamdulilah udah tahun ke-5 jalan bareng tunggangan ane vega zr. Rasanya bersyukur banget punya dia yang setia sampai hari ini. Motor ini banyak jasa ke ane, mulai dari nganter kerja, kuliah, jalan-jalan, kondangan, cukur rambut, nganter ibu ke pasar sampai pergi ke lain galaksi, Bekasi. Kalaupun mau diuraikan, cerita ini akan sepanjang novel tetraloginya Pramoedya Ananta Toer.

Motor ini kebanggaan ane,  belinya pake uang sendiri walaupun melalui proses kredit hehehe. Tapi bener kata orang-orang, kalau beli pakai uang sendiri tuh lebih nikmat. Memang sih motor ini ke dalam kelas motor low-end, setara dengan Honda Revo, Suzuki Smash Titan dll. Nih motor pernah ngadat beberapa kali, susah dinyalain, diselah kick starter-nya tapi nyalanya lama banget. Kira-kira 8-9 kali percobaan baru deh si merah seksi ini mau nyala. Saya baca beberapa blog di internet, banyak yang memaparkan beberapa kekurangan si Vega ZR seperti olinya tekor, susah nyala (kalo yang ini bener deh kayaknya), kampas kopling cuma dua keping, mudah ngebul dan banyak lagi. Dengan banyaknya masalah-masalah tersebut, yang ane benarkan adalah susah nyala (apalagi kalau pagi hari), kalau mesinnya rusak dan ngebul pula, itu karena perawatan dan gaya berkendara yang nggak bener kali, so far motor ane nggak apa-apa alias sehat-sehat aja.

 Ane kasih tips aja deh buat ZR-Rider yang baca postingan ini, berikut adalah tipsnya :
  • Gak usah memodifikasi mesin atau knalpotnya, Standaran aja biar awet mesinnya hehehe
  • Kalau mau modif, cukup di kaki-kakinya aja, misalnya shockbreaker-nya, ban, disk brake, custom tromolnya dll.
  •  Ganti olinya jangan sampai telat mas bro, perempuan kalo telat laki-laki yang repot, apalagi motor.
  •  Cek filter olinya masbro, kadang suka kotor kalau kelamaan gak diganti.
  •  Biasakan servis rutin ya.



Sekian dari ane, terima kasih sudah berkunjung.
 

Lagi dioperasi nih ceritanya

Pakai baca bismilah ya om

Mekanik sadar kamera


Rabu, 29 April 2015

Hukuman Mati vs Hubungan Bilateral



Sedang hangat-hangatnya nih di dunia maya tentang para  tersangka narkoba yang ditangkap di Bali beberapa tahun lalu, mereka dihukum mati dan eksekusinya dilaksanakan di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Timur pada  tanggal 28-04-2015. Narkoba adalah momok universal yang dialami oleh banyak negara di dunia tanpa terkecuali, bahkan negara maju macam Amerika punya masalah dengan narkoba.

Dengan eksekusi hukuman mati ini, Tony Abbott menarik tim kedutaan besarnya di Indonesia sebagai bentuk kekecewaannya. Saya jadi teringat betapa pamrihnya dia ketika menyinggung masalah dana bantuan yang diberikan kepada Indonesia saat tsunami menyerang Aceh. Ia menginginkan warga negaranya yang akan dieksekusi dibebaskan sebagai cara Indonesia membalas kebaikan Australia. Ini kalau di suku Jawa disebut ngisin-ngisini.

Diperediksi hubungan bilateral kedua negara ini akan seperti kisah Naruto dan Sasuke yang bermusuhan. Kalaupun akan terjadi clash  dan melibatkan militer dalam perselisihan ini, tentu Kopasus tak akan diam. Ora ono wedi-wedine.

Beberapa orang meneriakan tentang HAM, tapi  mereka tidak mau meneriakan jumlah korban mati karena narkoba. Kekecawaan saya berpusat pada mantan WNI yang saat ini menjadi warga negara tempat lahirnya Napoleon Bonaparte, walau saya sendiri adalah penggemarnya. Ah tapi sudahlah, kekecewaan ini tak berarti apa-apa, lagipula eksekusi sudah dilaksakan.

Penegakkan hukum yang ditunjukkan ini merupakan bentuk ketegasan bangsa ini memberantas kelompok/individu produsen dan pengedar narkoba di dunia. Kebanggaanya adalah Indonesia mengenyampingkan kepentingan luar negeri dan tak terpengaruh oleh negara-negara yang berkoar-koar itu.

Buat yang ngerasa, kalau memang bergelut tentang HAM, cobalah kalian perjuangkan TKI yang ada di penjuru dunia yang terancam hukuman mati, kalian nggak pandang bulu kan? Logikanya, mana yang mesti dibela, TKI atau pengedar narkoba?  Seandainya kalian tidak independent dan tidak berusaha membela yang mesti dibela, mending bubar, bentuk boyband/girlband aja. Yo wes ngono wae.