Intro :
Saya mau
men-share sedikit tentang obrolan saya dengan teman SMA saya tempo hari lalu.
Pada tulisan ini saya tidak memiliki
maksud menghasut, mendukung individu/kelompok maupun melakukan percobaan adu
domba. Murni saya menuliskan ini atas dasar ingin berbagi pengalaman saja,
mungkin saja bisa memberikan perspektif yang lain bagi pembaca.
Beberapa
hari yang lalu, saya asyik ngobrol dengan teman SMA saya, kita membicarakan
satu topik yang mungkin sedikit sensitif. Sesuai judul di atas, dua kata yang
menyelinap di kepala saya membuat saya kadang teringat suatu kasus dan
bertanya-tanya.
Pada suatu
saat saya membaca artikel di media massa online tentang salah satu pemimpin
suatu daerah yang kebetulan bukan dari kaum agama mayoritas. Pada artikel
tersebut, disebutkan ada ormas yang melakukan tindakan rasisme terhadap pemimpin
tersebut, mereka memajang pula tulisan-tulisan yang berbau SARA, serta
melakukan tindakan anarkis. Kerugian tentu menjadi harga yang harus dibayar
kedua belah pihak, kerugian dalam bentuk materil dan imateril. Meski beritanya sudah basi dan tak
lagi terpampang di media, tentu ini menjadi catatan sejarah meski bukan
peristiwa yang sangat besar.
Obrolan
saya awali dengan penjabaran berita/artikel yang saya baca oleh teman saya,
juga dengan aturan dalam agama tentang kepemimpinan dan sejarahnya. Teman saya
ini kebetulan memiliki agama yang sama namun berbeda dengan keyakinan masalah
nabi terakhir.
Ia
menanggapi uraian saya dengan santai dan
tenang, ia menjawab seperti ini “Kadang
manusia tidak sefleksibel Tuhannya”. Lalu ia menjelaskan, bahwaasanya banyak kaum hipokrit
yang “Cuci tangan” dan berdalih dengan ayat-ayat Tuhan untuk memenuhi
kepentingan menjadi pejabat atau pemimpin.
Jawabannya itu
lho yang membuat saya berpikir, Apa hubungan Manusia tak sefleksibel Tuhannya dengan seorang pemimpin. Adakah teman-teman
di sini bisa beri penjelasan tentang hal ini?
Rasanya saya memang harus banyak belajar tentang ilmu hubungan Tuhan dan manusia, saya jadi merasa bingung dengan apa yang teman saya katakan.
Rasanya saya memang harus banyak belajar tentang ilmu hubungan Tuhan dan manusia, saya jadi merasa bingung dengan apa yang teman saya katakan.
"Agama memang menjauhkan kita dari dosa, tapi berapa banyak dosa yang kita lakukan atas nama agama" -R.A Kartini-
BalasHapus