Senin, 30 Maret 2015

Gorengan yang Belum Mengikuti Proses Revolusi



    Tadi sepulang kuliah dan diskusi kecil-kecilan dengan Rahmat Gesrek, ia menunjukkan ada dua tukang gorengan yang sepengalaman dia, harga gorengannya masih mengusung  500 rupiah. Memang belum dibuktikan oleh saya, tapi kalaupun benar, tentu  ini menarik dan saya pun menelurkan beberapa kesimpulan.

 Yang pertama, si tukang gorengan ini mungkin membuat strategi yang bagus, dengan harga yang sekarang umumnya 1000 rupiah, ia malah masih memasang tarif lama. Apa sebenarnya motivasinya tidak membiarkan gorengannya ber-revolusi harga? Seperti halnya teman saya dari etnis Tionghoa yang juga seorang pedagang walau beda produk dengan Om penjual gorengan di atas, ia  menerapkan harga murah demi mendongkrak jumlah pelanggan, ini efeknya bisa dikatakan masif untuk jumlah keuntungan yang akan didapat.

Kedua, beda ladang beda belalang, pernah mendengar pepatah tersebut? Ini ada kaitannya dengan Om penjual  gorengan tersebut. Mungkin saja daya pembeli atau konsumen gorengan di sekitar lapak Om penjual gorengan tidak sebagus di daerah lain. Dari dugaan tersebut, mungkin si Om penjual gorengan enggan kehilangan pelanggannya atau pelanggannya berpaling pada yang lain. Ya saya sih menyebutnya pelanggan yang tertukar gitu.

Ini dugaan terakhir, terkadang kita harus arif terhadap orang lain. dari nominal harga yang menempel pada setiap gorengan karya om tersebut, jelas tidak menzalimi dompet. Lalu kalian harus anggap itu adalah kebijakan yang arif dari si om penjual gorengan. Ya, ukuran mahasiswa harga gorengan tersebut lebih manusiawilah, apalagi di jaman yang serba labil sekarang, heheh macam cabe-cabean aja labil.

My suggestions for you, buat kalian yang ingin membeli gorengan hendaknya dicek dahulu sebelum tuh gorengan melewati dinding tengorokan. Walau gorengan itu adalah jajanan yang ramah pada dompet juga enak buat temen nongkrong, gorengan memiliki sisi gelap yang harus kalian pahami, pahamilah seperti kalian memahami pacar kalian yang sedang dalam zona merah di tanggal tertentu setiap bulannya. Jadi begini, beberapa oknum penjual gorengan yang tidak tergabung di aliansi pedagang gorengan sehat kece tanpa pelastik (PEGAS KETAPEL) berbuat nakal dengan mencampurkan plastik di dalam adonannya, hal ini dilakukan agar gorengannya garing, biar gorengannya pas dihantam gigi graham itu bunyinya kres-kres gitu deh. Jadi ini tipsnya, kalian bakar dulu gorengannya dengan korek api, kalau bisa gorengan tempe aja biar gampang, terus kalau gorengannya terbakar lalu dari pembakaran tersebut menghasilkan tetesan seperti minyak maka dengan segera jangan beli gorengannya lagi, itu jelas positif mengandung plastik.

Seperti yang dicontohkan abang ini dalam videonya, anggap saja dia anggota badan independen yang mengivestigasi gorengan plastik.


2 komentar: