Agak seram sebenarnya menulis tulisan ini, sesuai judul di atas, tulisan ini bertemakan kematian. Sudah ditadirkan memang kapan seseorang akan meninggal, tapi tak seorang pun tahu kapan datangnya hari itu. Sore itu penulis sedang malas di rumah, jadi jalan-jalan sore bukanlah pilihan yang jelek. Bertemulah saya dengan bendera kuning sedang nyangut di sebuah pohon, saya memutuskan memotretnya dan berencana menulis tulisan ini.
Berbicara kematian, saya selalu teringat oleh lagu-lagu yang sering diputar di televisi saat seorang tokoh masyarakat atau insan seni meninggal. Lagu-lagu tersebut adalah Bila Waktu Tlah Berakhir, Demi Masa. Dua lagu yang sebenarnya cukup membawa suasana semakin mendung bagi pemirsanya.
Spesial untuk lagu demi masa milik Om Chrismansyah a.k.a Chrisye, lagu ini pernah buat saya menitikan air mata saat sebuah acara infotaintment memberitakan kematian komedian favorit saya, Alm. Taufik Savalas. Balik lagi pada si bendera kuning, bendera kuning umumnya ditemukan saat ada kematian seseorang, beberapa orang di sekitar rumah keluarga yang ditinggalkan akan memasang bendera tersebut sebagai tanda untuk orang-orang bahwa ada yang sedang berkabung. Saya selalu bertanya-tanya apa sebenarnya hubungan bendera kuning dan kematian, jika dalam pengalaman saya menonton televisi (dari sinetron-sinetron selera ibu-ibu dan film orang-orang bule) tanda kematian lebih identik dengan warna hitam, misalnya saat pemakaman seseorang, sang pelayat atau kerabat menggunakan pakaian warna hitam.
Mungkin kalau ada pembaca yang tahu tentang bendera kuning dan kematian silahkan bisikan ke saya ya. Salah satu pemuka agama yang pernah saya temui pernah berkata bahwa kematian adalah nasihat paling bijak bagi yang masih bernyawa. Nalar saya merujuk kepada amal perbuatan yang saya kumpulkan, baik-buruknya merupakan hasil tangan dan lidah yang kita gunakan. Lalu tentang neraka dan surga, atau kehidupan setelah kita mati selalu saja jadi hantu kalau mengingat kematian. Hutang-piutang juga ndak mau kalah meracuni otak dengan ancaman kematian. Alamak, seram sekali. Akan jadi sebuah PR pada manusia yang berdosa saat kematian akan datang. Entah apa rasanya saat malaikat pencabut nyawa mengalungkan sabitnya di leher lalu mengirisnya seperti mengiris bawang.
Spesial untuk lagu demi masa milik Om Chrismansyah a.k.a Chrisye, lagu ini pernah buat saya menitikan air mata saat sebuah acara infotaintment memberitakan kematian komedian favorit saya, Alm. Taufik Savalas. Balik lagi pada si bendera kuning, bendera kuning umumnya ditemukan saat ada kematian seseorang, beberapa orang di sekitar rumah keluarga yang ditinggalkan akan memasang bendera tersebut sebagai tanda untuk orang-orang bahwa ada yang sedang berkabung. Saya selalu bertanya-tanya apa sebenarnya hubungan bendera kuning dan kematian, jika dalam pengalaman saya menonton televisi (dari sinetron-sinetron selera ibu-ibu dan film orang-orang bule) tanda kematian lebih identik dengan warna hitam, misalnya saat pemakaman seseorang, sang pelayat atau kerabat menggunakan pakaian warna hitam.
Mungkin kalau ada pembaca yang tahu tentang bendera kuning dan kematian silahkan bisikan ke saya ya. Salah satu pemuka agama yang pernah saya temui pernah berkata bahwa kematian adalah nasihat paling bijak bagi yang masih bernyawa. Nalar saya merujuk kepada amal perbuatan yang saya kumpulkan, baik-buruknya merupakan hasil tangan dan lidah yang kita gunakan. Lalu tentang neraka dan surga, atau kehidupan setelah kita mati selalu saja jadi hantu kalau mengingat kematian. Hutang-piutang juga ndak mau kalah meracuni otak dengan ancaman kematian. Alamak, seram sekali. Akan jadi sebuah PR pada manusia yang berdosa saat kematian akan datang. Entah apa rasanya saat malaikat pencabut nyawa mengalungkan sabitnya di leher lalu mengirisnya seperti mengiris bawang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar