Tadi sepulang kuliah
dan diskusi kecil-kecilan dengan Rahmat Gesrek, ia menunjukkan ada dua tukang
gorengan yang sepengalaman dia, harga gorengannya masih mengusung 500 rupiah. Memang belum dibuktikan oleh saya,
tapi kalaupun benar, tentu ini menarik
dan saya pun menelurkan beberapa kesimpulan.
Yang pertama, si tukang gorengan
ini mungkin membuat strategi yang bagus, dengan harga yang sekarang umumnya
1000 rupiah, ia malah masih memasang tarif lama. Apa sebenarnya motivasinya
tidak membiarkan gorengannya ber-revolusi harga? Seperti halnya teman saya dari
etnis Tionghoa yang juga seorang pedagang walau beda produk dengan Om penjual
gorengan di atas, ia menerapkan harga
murah demi mendongkrak jumlah pelanggan, ini efeknya bisa dikatakan masif untuk
jumlah keuntungan yang akan didapat.
Kedua, beda ladang beda belalang, pernah mendengar pepatah tersebut?
Ini ada kaitannya dengan Om penjual gorengan
tersebut. Mungkin saja daya pembeli atau konsumen gorengan di sekitar lapak Om
penjual gorengan tidak sebagus di daerah lain. Dari dugaan tersebut, mungkin si
Om penjual gorengan enggan kehilangan pelanggannya atau pelanggannya berpaling
pada yang lain. Ya saya sih menyebutnya pelanggan yang tertukar gitu.
Ini dugaan terakhir, terkadang kita harus arif terhadap orang lain. dari
nominal harga yang menempel pada setiap gorengan karya om tersebut, jelas tidak
menzalimi dompet. Lalu kalian harus anggap itu adalah kebijakan yang arif dari
si om penjual gorengan. Ya, ukuran mahasiswa harga gorengan tersebut lebih
manusiawilah, apalagi di jaman yang serba labil sekarang, heheh macam
cabe-cabean aja labil.
My suggestions for you, buat
kalian yang ingin membeli gorengan hendaknya dicek dahulu sebelum tuh gorengan
melewati dinding tengorokan. Walau gorengan itu adalah jajanan yang ramah pada
dompet juga enak buat temen nongkrong, gorengan memiliki sisi gelap yang harus
kalian pahami, pahamilah seperti kalian memahami pacar kalian yang sedang dalam
zona merah di tanggal tertentu setiap bulannya. Jadi begini, beberapa oknum
penjual gorengan yang tidak tergabung di aliansi pedagang gorengan sehat kece
tanpa pelastik (PEGAS KETAPEL) berbuat nakal dengan mencampurkan plastik di
dalam adonannya, hal ini dilakukan agar gorengannya garing, biar gorengannya
pas dihantam gigi graham itu bunyinya kres-kres gitu deh. Jadi ini tipsnya,
kalian bakar dulu gorengannya dengan korek api, kalau bisa gorengan tempe aja
biar gampang, terus kalau gorengannya terbakar lalu dari pembakaran tersebut
menghasilkan tetesan seperti minyak maka dengan segera jangan beli gorengannya
lagi, itu jelas positif mengandung plastik.
Seperti yang dicontohkan abang ini dalam videonya, anggap saja dia anggota badan independen yang mengivestigasi gorengan plastik.
Seperti yang dicontohkan abang ini dalam videonya, anggap saja dia anggota badan independen yang mengivestigasi gorengan plastik.